Teh
Kata “tea” atau teh berasal
dari bahasa Cina “tay”, dan sejak lama dianggap sebagai obat. Teh berasal dari
Cina sekitar tahun 2700 Sebelum Masehi, kemungkinan disebabkan oleh kebutuhan memasak
air untuk minum karena alasan kesehatan. Jepang telah mulai mengembangkan
penanaman teh sekitar 800 Masehi dan Jepang merupakan satu-satunya negara yang
mengembangkan “tea ceremony” dengan menggunakan “green tea”
sebagai bagian dari tradisi sosial dan agama (Winarno, 1993).
Teh adalah minuman yang mengandung kafein, yang dibuat dengan cara menyeduh daun,
pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman semak Camellia
sinensis dengan air panas (Anonymous, 2008). Produk
teh Indonesia terdiri dari 2 macam yaitu teh hitam dan teh hijau.
Perbedaan kedua teh tersebut disebabkan oleh perbedaan cara pengolahannya dan
mesin peralatan yang digunakan. Pada proses pengolahan teh hitam, memerlukan
proses fermentasi (oksidasi enzymatis) selama 2-4 jam, sedangkan daun teh yang
dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun
mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan
pemanasan (cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional
Tiongkok dengan disangrai di atas wajan panas). (Anonymous,
2007).
Tanaman Teh semakin berkembang menjadi tanaman
perdagangan, maka jenis tanaman Teh juga berkembang menjadi beraneka ragam.
Keragaman ini adalah hasil dari penyilangan berbagai jenis tanaman Teh serta
pengaruh tanah dan iklim yang menghasilkan hasil panen yang berbeda hingga saat
ini, seluruh dunia kurang lebih terdapat 1.500 jenis Teh yang berasal dari 25
Negara yang berbeda. Jenis teh pada dasarnya hanya terdiri dari 3 kelompok
utama yaitu teh hitam,teh hijua dan teh olong.
Dan berikut teh yang digunakan dalam produksi teh perusahaan kami:
Dan berikut teh yang digunakan dalam produksi teh perusahaan kami:
1. Black Tea ( Teh Hitam )
teh hitam |
Teh Hitam adalah jenis Teh yang dalam
pengolahannya, melalui proses fermentasi secara penuh. Air seduhannya berwarna
merah kekuning-kuningan, aromanya harum dan berasa kuat. Pada dasarnya,
pengolahan teh hitam melalui tahap-tahap proses, yaitu pengangkutan pucuk
segar, pelayuan, penggilingan dan sortasi basah, fermentasi, pengeringan,
sortasi kering, penyimpanan, serta pengemasan. ( Nazaruddin, 1993 )
2. Green Tea ( Teh Hijau )
teh hijau |
Teh Hijau adalah jenis teh yang tidak
mengalami proses fermentasi akan tetapi mengalami proses pengeringan dan
penguapan daun yang sedikit lebih lama. Studi terbaru yang dilakukan terhadap potensi teh adalah
peranannya membantu menurunkan berat badan. Para peneliti melakukan pengukuran
24 jam energi expenditure pada subjek yang diberi kafein (50 mg), ekstrak teh
hijau (50 mg kafein dan 90 mg Epigalo katekin galat), serta placebo. Dari
penelitian tersebut, teh hijau diketahui mempunyai potensi sebagai
thermogenensis sehingga mampu meningkatkan pembakaran kalori dan lemak yang
berimplikasi terhadap penurunan berat badan. Polyfenol teh, menghambat
aktivitas lipolisis dari lipase gastrik dan lipase pankreas sehingga pencernaan
lemak dihambat, dan tidak dapat diserap oleh usus halus sehingga dikeluarkan
bersama dengan feces ( Winarti,2010).
Dasar yang digunakan untuk
menentukan kualitas teh hijau adalah :
- Warna teh kering : Hijau muda dan
hijau kehitaman
-
Aroma
: Wangi sampai kurang wangi, tidak apek
-
Seduhan
: Jernih,sedikit berwarna hijau atau kekuning-kuningan.
-
Rasa
: sedikit pahit dan lebih sepet dibanding teh hitam.(Nazaruddin,1993)
3. Teh Oolong
Teh yang mengalami proses oksidasi yang dihentikan di
tengah – tengah antara teh hijau dan teh hitam dan biasanya memakan waktu 2-3
hari. (Winarti, 2010). Dengan kata lain, Teh Oolong merupakan teh yang
diproses secara semi fermentasi (semi oksidasi enzimatis) karena hanya setengah
difermentasi, bagian tepi daunnya berwarna kemerahan sedang bagian tengah
daunnya tetap hijau. Rasa seduhan teh oolong lebih mirip dengan teh hijau,
namun warna dan aromanya kurang kuat dibandingkan teh hitam.
Menurut Setiawati dan
Nasikun (1991), beberapa zat yang terkandung dalam teh, dapat dilihat dalam
Tabel 2.
Tabel 2. Zat-zat yang
terkandung dalam daun teh
KOMPONEN
|
PERSENTASE (%)
|
Air
Bahan
Nitrogen
Theine
(cafein)
Minyak
eteris
Lemak,hijau
daun,dan lilin
Dekstrin
Tannin
Pektin
Serat
Abu
Jumlah total
|
9,5
%
24,50%
3,58%
0,68%
6,39%
6,44%
15,65%
16,02%
11,58%
5,65%
100%
|
Sumber:
Harler (1980)
Teh merupakan function food
mengingat khasiat dan potensi yang terkandung didalam teh dapat meningkatkan
kesehatan tubuh dan merupakan sumber zat gizi. Teh mengandung sejenis
antioksidan yang bernama katekhin. Pada daun teh segar, kadar katekhin bisa mencapai
30 % dari berat teh kering.
Daun teh unggulan mengandung
senyawa bioaktif Polyfenol yang mengandung senyawa Flavonoid, Tannin, Kafein
dan Asam Fenalat juga mengandung vitamin B1, B2, C, E dan K serta kaya mineral
Fluor, Mangan, Kalsium, Potasium, dan Kalium. Senyawa Katekhin yang berada
dalam senyawa Flavonoid mengandung Epikatekin, Epikatekin Galat, Epigalo
Katekin, Epigalo Katekin Galat dan Quercetin.
Komponen
|
Teh hijau (mg %)
|
Teh hitam (mg %)
|
Catechin
|
210
|
63
|
Flavonoles
|
14
|
21
|
Thearubigins
|
0
|
28
|
Underfined
|
266
|
273
|
Kafein
|
45
|
50
|
Sumber : International Symposium on health and tea,1998
Air
Air
merupakan komponen terbesar dalam minuman ringan, yaitu sekitar 86–92%. Air
yang digunakan harus mempunyai standar kualitas yang baik. Air yang baik untuk
pembotolan harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau, bebas dari
mikroorganisme, dan memenuhi syarat-syarat
tertentu. Air yang mengandung bahan-bahan tersuspensi tidak mudah dikarbonasi,
dan minuman yang dibuat dari jenis air tersebut menjadi hambar. Secara ideal
air yang diperlukan untuk minuman ringan harus jernih, cerah, bebas dari warna,
bau, rasa, dan bebas sama sekali dari bahan organik (Winarno, 1996).
Tidak
semua air digunakan untuk air minuman. Oleh karena itu sebelum digunakan, air
perlu diolah terlebih dahulu. Pengolahan yang umum dilakukan adalah klorinasi,
koagulasi, sedimentasi, penyaringan pasir, dan karbon aktif. Hal ini bertujuan
untuk mendapatkan air yang benar-benar murni dibanding dengan air yang biasa
digunakan. Diharapkan dengan cara ini akan didapatkan minuman dengan flavor
yang normal dan berkualitas tinggi (Belitz and
Grosch, 1999).
Gula
Gula pasir biasanya berasal dari bit atau tebu yang dalam industri
biasanya digunakan untuk menyatakan sukrosa. Sukrosa adalah oligosakarida yang
mempunyai peranan penting dalam
pengolahan makanan (Winarno, 1997).
Gula dalam bentuk sukrosa, glukosa, gula invert biasa digunakan dalam
berbagai teknik pengawetan makanan karena daya larutnya yang tinggi dan kemampuan
mengurangi kesetimbangan relatif (ERH) yang baik serta daya ikat airnya
(Luthony, 1993).
Gula digunakan sebagai pengawet dan lebih efektif bila dipakai dengan
tujuan menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagai bahan pengawet, pengunaan gula
pasir minimal 3% atau 30 gram/kg bahan (Supardi, 1999).
Sukrosa atau gula dikenal sebagai bubuk sweetener, yaitu bahan pemanis yang biasanya digunakan dalam jumlah
banyak. Sukrosa (C12 H22O 11) membentuk
kristal keras anhydrous dalam bentuk monokotil, yang mempunyai sumbu
asimetris berbeda panjangnya, mempunyai densitas 1,609 g/cm2, berat
molekul 342, berat jenis 1,033 sampai 1,106. sukrosa mempunyai sifat sedikit higroskopis dan mudah larut dalam air,
semakin tinggi suhu, kelarutan semakin besar.Kristal sukrosa yang berhubungan
langsung dapat menyerap uap air sampai 1% dari berat sukrosa. (Sudarmanto, 1991)
Gula pada minuman teh berfungsi sebagai pengawet karena dapat
menghambat pertumbuhan bakteri serta sebagai pembentuk karakteristik dari jenis
teh tertentu yang sesuai, dimana proses sebelumnya dalam produksinya gula
dibuat menjadi sirup (rohdiana, 2006)
0 komentar:
Posting Komentar
TULIS KOMENTAR